Pagi ini (Senin/20/11) kami berangkat dari sekolah menuju ke arah Barat Kota Makassar, tepatnya ke Benteng Rotterdam atau Fort Rotterdam. Cuaca hari ini cukup terik, padahal masih terbilang pagi. Ya, memang saat ini beberapa daerah di Sulawesi mengalami musim panas yang panjang, termasuk di daerah pesantren kami di Kab. Maros, Dusun Mangempang.
Ditemani oleh bapak Taufiq, kami berenam kelas IX melakukan kunjungan ke Benteng Rotterdam untuk mempelajari sejarah dan budaya di sana. Benteng ini jauh sebelum datangnya Belanda, VOC, sudah didirikan oleh Raja Gowa ketika itu. Barulah ia jatuh ke tangan Belanda setelah Perjanjian Bongaya. Begitu yang disampaikan oleh pemandu kami, bapak Hambalin yang memang profesinya seperti itu di Benteng Rotterdam. Banyak sekali beliau memberikan kami sejarah dan juga budaya-budaya yang ada pada masa-masa lalu. Ia menemani kami mengelilingi seluruh bangunan di benteng ini yang jumlahnya sebanyak 15 gedung.





Kami sangat senang sekali melakukan kunjugan ke tempat bersejarah seperti Benteng Rotterdam ini. Benteng yang memang telah dipugar oleh orang-orang Belanda sejak tahun 1869 lalu dengan gaya bangunan-bangunan Eropa. Beberapa meriam dan senjata juga masih terlihat di benteng ini. Pada waktu kami di Museum Lagaligo, yang juga bagian dari benteng ini, ada juga pengunjung yang berasal dari Hawai. Mereka juga sangat senang melihat beberapa peralatan tradisional yang digunakan pada masa itu di tempat ini, dan beberapa benda serupa dengan yang ada di Hawai, seperti perahu penangkap ikan yang digunakan warga lokal.
Sekali lagi, kunjungan ini telah memberikan pengalaman dan ilmu baru kepada kami bahwa sejarah dan budaya yang ada di Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar-Gowa sangat mengagumkan. Sebagai generasi muda, kami tentu harus tetap melestarikan sejarah dan budaya ini, agar orang-orang yang dapat kemudian juga tetap dapat mengingatnnya.