Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the good-looking-blog domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/ifox4348/public_html/smptim/wp-includes/functions.php on line 6121
Mengenal Sejarah dengan Berkunjung Langsung ke Situs Sejarah – SMP TI & Pesantren Matahari

Mengenal Sejarah dengan Berkunjung Langsung ke Situs Sejarah

Gowa. Sejarah merupakan dokumentasi peristiwa atau catatan-catatan yang terjadi pada masa lalu. Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian besar akan terkenang dalam dokumentasi sejarah. Sejarah dapat kita kenali melalui teks-teks sejarah ataupun artefak-artefak peninggalan sejarah. Sejarah sangat penting bagi suatu bangsa sehingga Bung Karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan sejarahnya. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Oleh karena itu, setiap anak bangsa, termasuk generasi millenial saat ini harus tetap mengenal sejarah bangsanya.

Hari ini, Rabu (31/07), ditemani oleh gurunya, kelas IX melakukan kunjungan ke beberapa situs sejarah di Kab. Gowa. Situs yang dikunjungi ialah, pertama, Makam Raja-Raja Gowa yang terletak di daerah Pallantikang. Kedua, Balla Lompoa, yang terletak di dekat Sungguminasa, dan terakhir ialah Masjid Tua Katangka, yang terletak di jalan Syekh Yusuf.

Di Makam Raja-Raja Gowa, seluruh siswa menyaksikan dan bahkan menyentuh langsung bebatuan makam Raja-Raja Gowa. Mereka terlihat sangat menjiwai ketika menyaksikan langsung makam raja-raja tersebut, yang sebagiannya mereka kenali dalam pelajaran sejarah yang pernah dipelajari di kelas. Misalnya, ada makam Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang, Karaeng Bonto Mangape, atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin. Mereka sangat takjub dapat melihat langsung dan menyentuh langsung ukiran nama Sultan Hasanuddin yang ada di depan makam yang tersusun dari batu-batu cadas tersusun menyerupai candi. Di atas susunan batu tersebut terlihat pula ikon ayam jago berwarna merah. Memang Sultan Hasanuddin juga dijuluki sebagai “Ayam Jantan dari Timur” oleh Belanda, artinya Sang Sultan ialah raja yang pemberani. Selain makam Sultan Hasanuddin, ada juga makam raja-raja Gowa lainnya, seperti Sombangta I Manggarangi Daeng Manrabia atau yang dikenal dengan nama Sultan Alauddin. Ia adalah kakek dari Sultan Hasanuddin. Kedua sultan inilah yang paling dikenal dalam sejarah. Selain itu, ada juga raja-raja Gowa lainnya di situs makam ini.

Dari makam, rombongan bergerak menuju ke Balla Lompoa, yang artinya Rumah Besar. Mengapa diberi nama demikian karena memang rumah ini memiliki bangunan yang besar. Tiang-tang penyangga Balla Lompoa sangat besar dan areanya sangat luas. Di sini kami memasuki Museum Balla Lompoa.

Di dalam museum terdapat banyak sekali peninggalan sejarah tentang Kerajaan Gowa-Makassar. Ada berupa silsilah raja Gowa, foto atau lukisan-lukisan sejarah Gowa, benda-benda peninggalan sejarah seperti pakaian adat, senjata untuk berperang, uang logam, naskah al-Qur’an, permainan tradisional, dan masih banyak lainnya. Di sini, semua siswa juga terlihat sangat senang. Mereka merasa berada di masa lalu ketika berdiri di tengah-tengah peninggalan sejarah ini.

Di tempat ini, kebetulan sekali ada kurator atau petugas yang bertanggungjawab menjaga dan menjelaskan setiap peninggalan yang ada di Museum Balla Lompoa, biasa dipanggil Daeng Pille. Beliau sepetinya sudah berpuluh-puluh tahun bekerja di museum ini sehingga hampir semua peninggalan sejarah yang ada pada museum dikenalinya dengan baik berikut dengan sejarahnya. Pada kesempatan kunjungan ini, siswa pun diajak mendengarkan beberapa rekaman sejarah yang diingatnya. Misalnya, ia menjelaskan mengapa raja-raja Gowa itu bergelar sultan padahal sebelumnya ada nama-nama aslinya yang sangat unik. Para siswa mendengarkan dengan sangat baik setiap apa yang disampaikan oleh Daeng Pille.

“Generasi anak muda, seperti kalian, harus mengenal sejarah dengan baik. Saat ini terlalu banyak informasi yang membuat suatu sejarah akhirnya ‘kabur’ karena tidak menggunakan referensi yang baik. Jadi, jika kalian ingin mengenal sejarah yang benar-benar sejarah, maka carilah referensi yang baik, bukan dari Google,” kata Daeng Pille sambil tersenyum.

Setelah dari Balla Lompoa, rombongan bergerak ke Masjid Tua Katangka. Dalam perjalanan ke sana, siswa juga menyaksikan Makam Syekh Yusuf yang terletak tidak jauh dari Masjid Tua Katangka. Mereka sebenarnya sangat ingin singgah sejenak di makam tersebut, namun karena waktu yang mendesak untuk kembali ke sekolah, keinginan itupun diurungkan sehingga rombongan langsung menuju Masjid Tua Katangka.

Di Masjid Tua Katangka ada juga beberapa makam Raja-Raja Gowa. Kembali para siswa merasakan suasana sejarah 300 tahun lalun. “Saya sangat senang bisa berkunjung ke semua situs sejarah ini. Selama ini kami hanya baca di internet atau mendengar dari guru kami tentang Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf. Namun sekarang, saya bisa menyaksikan langsung semua itu, alhamdulillah,” kata Awal, siswa kelas IX.

Melakukan kunjungan ke situs-situs sejarah seperti ini merupakan salah satu upaya sekolah untuk lebih menanamkan pentingnya sejarah kepada mereka. Sejarah lokal yang disampaikan di kelas akan lebih berkesan ketika langsung berkunjung ke situs-situsnya, jika memang itu masih dapat dijangkau. Kegiatan kunjungan situs sejarah seperti ini memang sudah merupakan salah satu kegiatan rutin sekolah.

You might also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *